Inilah 5 Hikmah Rukun Sa’i dalam Haji dan Umrah
Berbicara mengenai ibadah haji dan umrah pastinya sangat menarik bagi seorang muslim, apalagi bagi Anda yang tengah mempersiapkan diri untuk berangkat ke tanah suci. Banyak hikmah yang bisa Anda petik dari perjalanan ibadah haji dan umrah. Selain meningkatkan spiritualitas Anda, Anda dapat memaknai setiap ibadah yang Anda kerjakan saat di tanah suci.
Terutama saat mengerjakan rukun-rukun haji dan umrah, diantaranya adalah rukun sa’i. Sa’i merupakan rukun ketiga selepas ihram dan thawaf. Sama dengan rukun-rukun yang lain, sa’i mempunyai karakteristik khusus dalam pelaksanaannya. Istimewanya lagi, Anda bisa memetik hikmah dari sejarah mengapa sa’i menjadi rukun yang tak boleh Anda lewatkan.
Photo by Mohamed Nohassi on Unsplash
Menurut bahasa, sa’i berarti usaha. Sedangkan rukun sa’i yang kita kenal artinya lari-lari kecil bolak-balik sebanyak 7 kali antara bukit Shafa dan Marwa, dimulai dari bukit Shafa dan diakhiri di bukit Marwa.
Jarak antara bukit Shafa dan Marwa yaitu sejauh 400 meter, jadi total menempuh jarak kurang lebih 3 kilometer jika bolak-balik sebanyak 7 kali. Tentunya, Anda wajib mempersiapkan kesehatan fisik sebelum melaksanakan rukun ini. Misalnya, olahraga secara teratur seperti berjalan berapa langkah per hari, jogging atau lari setiap pagi, atau lainnya yang dapat meningkatkan kekuatan fisik Anda. Sehingga fisik Anda jauh lebih stabil ketika melaksanakan rukun haji dan umrah seperti sa’i.
Sejarah Rukun Sa’i
Bila melihat sejarahnya, rukun sa’i ini berawal dari kisah Nabi Ibrahim saat diperintahkan oleh Allah SWT untuk hijrah dari Palestina ke lembah tandus bernama Makkah. Waktu itu, merupakan hal yang berat untuk Nabi Ibrahim diperintahkan meninggalkan istri dan anaknya, Siti Hajar dan Ismail kecil di tanah yang gersang nyaris tanpa kehidupan di sana.
Siti Hajar hanya pasrah berjalan mengikuti suaminya, pun saat Nabi Ibrahim pergi meninggalkannya di Makkah. Siti Hajar tidak mengerti dengan apa yang terjadi, bolak-balik ia bertanya pada Nabi Ibrahim yang enggan menjawab. Akhirnya ia bertanya, “Hendak kemanakah Engkau, wahai Ibrahim?” Namun Nabi Ibrahim tak bergeming.
Hinga Siti Hajar bertanya, “Kepada siapakah kami ditinggalkan di lembah ini? Apakah Allah SWT yang memberimu perintah, wahai Ibrahim?” Lalu Nabi Ibrahim menjawab, “Ya, Allah yang menyuruhku.” Dengan wajah yang berseri-seri kemudian ibunda Ismail menjawab, “Laa Yudhoiyyuna ya Allah,” yang artinya ‘Allah tidak akan menyia-nyiakan kami.
Nabi Ibrahim pun pergi ke Palestina. Meninggalkan istri dan Ismail kecil di lembah gersang tersebut karena Allah SWT. Ia mengembalikan segala urusan kepada Allah. Siti Hajar, sebagai istri yang shalihah juga taat kepada Allah SWT yakin bahwa dirinya akan ditolong oleh Allah.
Selama berhari-hari ia terus usaha untuk bertahan hidup dengan perbekalan yang ia bawa. Sampai suatu hari perbekalannya sudah tak ada lagi, Ismail kecil juga terus menangis karena air susunya tidak keluar. Lalu, Siti Hajar kesana kemari mencari sumber air di antara dua bukit yaitu bukit Shafa dan bukit Marwa.
Siti Hajar berjalan cepat dari bukit Shafa ke bukit Marwa tanpa mengetahui di mana letak sumber air, hanya fatamorgana yang ia lihat. Ia kesana-kemari sebanyak 7 kali, sembari terus berdoa kepada Allah, yakin Allah akan datangkan pertolongan kepadanya. Tentu saja, Allah datangkan pertolongan-Nya di saat yang tepat.
disangka, Siti Hajar telah berjalan bolak-balik Shafa dan Marwa, tapi Allah justru menghadirkan sumber mata air di bawah kaki kecil Ismail yang menendang-nendang, Sumber air tersebut sangat melimpah, bahkan sampai hari ini masih bisa Anda nikmati yang dikenal dengan Air Zam-zam. Sungguh luar biasa, apabila Allah telah menghendaki apapun bisa terjadi.
Nama Zamzam juga memiliki kisah, disebut air zamzam karena sumber air tersebut terus memancar tiada henti bahkan diumpamakan kota Makkah akan tenggelam jika hal tersebut terus terjadi. Maka, Siti Hajar berucap “Zamzam, zamzam!” yang maknanya, “Kumpullah, kumpullah!’ sehingga mata air tersebut tetap memancar namun secukupnya.
Hikmah Rukun Sa’i
Belajar dari ibunda Siti Hajar, banyak sekali hikmah yang bisa Anda ambil dari rukun sa’i. Berbagai nilai-nilai positif yang bisa Anda laksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
Berikut hikmah yang dapat Anda simak:
Belajar Tentang Keimanan
Siti Hajar adalah salah satu hamba yang dicintai Allah karena keimanannya. Ini terbukti dari reaksi beliau ketika Nabi Ibrahim menyatakan bahwa apa yang dilakukannya adalah semata-mata perintah Allah SWT. Ia juga yakin bahwa Allah tidak akan menelantarkannya, walaupun kenyataannya ia tinggal di tanah yang tandus saat itu.
Bersikap Tawakkal
Siti Hajar juga memperlihatkan betapa ia penuh tawakkal kepada penciptanya. Berbeda dengan pasrah, tawakkal merupakan sikap menggantungkan segala apa yang terjadi sesuai dengan kehendak Allah. Jadi, dalam tawakkal juga ada peran ikhtiar Siti Hajar di dalamnya. Tugas kita adalah berusaha, tetapi soal takdir Allah yang menentukan. Sehingga tetap bergantung kepada Allah sebagai satu-satunya penolong dan Yang Maha Berkehendak.
Ikhtiar
Seperti pemaparan di atas, tawakkal harus disertai dengan ikhtiar. Ibunda Siti Hajar memberi contoh bagaimana ia tiada berputus asa mencari sumber air antara bukit Shafa dan Marwa. Ia terus bergerak tanpa henti, menyertai keimanan dan sikap tawakkalnya untuk terus berikhtiar. Sehingga Allah berikan bantuan mata air zamzam di bawah kaki Ismail kecil.
Jika dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, Anda boleh berikhtiar dengan cara apapun selama itu dengan jalan yang diridhoi Allah. Akan tetapi, terkadang Allah mendatangkan penyelesaian dari arah yang tidak disangka-sangka. Tak harus dari apa yang Anda harapkan, tetapi tetap yakin bahwa itulah yang terbaik menurut Allah.
Ikhlas
Terakhir, dari rukun sa’i Anda bisa mengambil hikmah tentang keikhlasan. Bagaimana Siti Hajar sangat ikhlas menjalani ketetapan takdir yang Allah berikan, menaati perintah-Nya dengan ikhlas tanpa mengeluh saat ditinggalkan Nabi Ibrahim, ikhlas merawat Ismail, dan seterusnya. Tanpa adanya keikhlasan, akan sulit menerima ketetapan Allah, sebab sifat manusia yang tak pernah puas.
Nah, itulah hikmah rukun sa’i yang dapat Anda ambili dari kisah Siti Hajar. Semoga dapat menambah keimanan Anda, juga semakin bersemangat dalam menjalankan ibadah haji dan umrah. Semoga bermanfaat!